Menakar eksistensi dan Pemikiran Al Ghazali Sebagai Figur Intlektual Islam

  • Zaini Abdul Hanan IAI Hamzanwadi NW Lombok Timur

Abstract

Imam Al Ghazali r.a adalah seorang tokoh sufistik dan intlektual yang faqihidul Islam (sangat memahami tentang Islam) itu nampak ketika keyakinan, ajaran, dan argumen-argumennya mengenai tauhid, Ilmu kalam, Ushuluddin, filsafat dan lain-lain. Dalam Tauhid dan ajarannya, Ia telah mampu menjebatani akidah ahlusunna wal’jama’ah sebagai akidah dan keyakinan ummat pada masa itu. Al Ghazali mengklasifikasikan pembagian ilmu, dalam tiga kategori yakni naqli, aqli dan metafisika dan ketuhanan (illahiyyah). Selain itu, ia juga telah mengarang beberapa kitab yang sangat terkenal dikalangan para ilmuwan, seperti Ihya ulumuddin, Rawdat at Talibin, al Ma’arif al “Agliyah, Misykat al ‘Anwar, Mizan ‘Amal, Mukasyafah al Qulub dan kitab-kitab lainnya. Dalam kajian ini, penulis menggunakan pendekatan library research (kepustakaan) dalam menakar eksistensi keilmuwan dan dinamika Pemikiran Al Ghazali sebagai figur dan sekaligus sebagai intlektual Islam. Hasil analisis mengungkapkan bahwa terdapat keyakinan Al Ghazali tentang ilmu dan amal bahkan keduanya saling terintegrasi dan mengisi antara satu dengan yang lain, keduanya juga berjalan dengan menggunakan fondasi dan dasar yang sama yakni Qur’an dan hadist, meskipun Al Ghazali dalam sejarah hidupnya sedikit mempelajari tentang hadist-hadist, terbukti ketika ia di akhir hayatnya sangat tekun mempelajari hadist-hadist Imam Bukhari dan Imam Muslim radiyallahu anhuma. Selanjutnya, dengan keilmuwan dan amal itulah nampak keyakinan, ajaran dan gaya berpikir Al Ghazali menjadi “al-muhafizh†yakni mencoba memelihara tradisi-tradisi lama yang yang baik yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad SAW. ( lihat M. Jawwad Ridla, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam, (Persfektif Sosiologis-Filosofis). Selain itu, pendidikan dan pengalamannya dalam bidang mistik telah menumbuhkan gagasan pemikirannya tentang kedudukan akal dan naqhl. Akal tidak mungkin menetapkan suatu kebenaran yang dinafikan syara’, dan syara’ tidak membawa suatu keyakinan yang tidak dapat diterima oleh akal.

References

A. Hanafi, Antara Imam Al Ghazali dengan Imam Ibnu Rusyd: Dalam Tiga Persoalan Alam Metafisika, Pustaka Al Husna: Jakarta, 1981.
Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Bulan Bintang: Jakarta, 1996.
Al Ghazali, Tahafut Al Falasifah, alih bahasam Ahmadi Thaha, Tahaful al Falasifah: Kerancuan Para Filosof, Pustaka Panjimas: Jakarta, 1986.
Bakry, H.M.K., Al Ghazali, Wijaya: Jakarta, 1962.
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Bulan Bintang: Jakarta, 1973.
Jamil Ahmad, Hundred Great Muslims, alih bahasa Team Penerjemah Pustaka Firdaus, Seratus Muslim Terkemuka, Pustaka Firdaus: Jakarta, 1995.
Margareth Smith, M.A. Ph. D., Al Ghazali The Mistic, Alih bahasa, Amrouni, Pemikiran dan Doktrin Mistis Al Ghozali, Riona Cipta: Jakarta, 2000.
Nurcholish Madjid, Khasanah Intelektual Islam, Bulan Bintang: Jakarta, 1994.
Yusuf al Qardhawi, Al Imam al Ghazali Baina Madihihi wa Naqidihi, alih bahasa Achmad Satori Ismail, Pro-kontra Pemikiran al Ghozali, Risalah Gusti: Surabaya, 1997.
Zainal Abidin Ahmad, H., Riwayat Hidup Al Ghazali, Bulan Bintang: Jakarta, 1975.
Zurkani Jahja, Teologi Al Ghazali Pendekatan Metodologi, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 1996.
Published
2019-09-09
How to Cite
Hanan, Z. A. (2019). Menakar eksistensi dan Pemikiran Al Ghazali Sebagai Figur Intlektual Islam. Jurnal Elkatarie : Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Sosial, 1(02), 104-116. https://doi.org/10.1234/elkatarie.v1i02.3623
Section
Articles