Pragmatisme
Abstract
Abstrack:
Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bercorak epistemologis, pada abad XVII muncul dua aliran filsafat yang memberikan jawaban yang berbeda, bahkan saling bertentangan. Aliran filsafat tersebut adalah rasionalisme dan empirismen. Empirisme sendiri pada abad berikutnya berkembang lebih jauh menjadi beberapa aliran yang berbeda, yaitu Positivisme, Materialisme, dan Pragmatisme. Pragmatisme berpandangan bahwa substansi kebenaran adalah jika segala sesuatu memiliki fungsi dan manfaat bagi kehidupan. Misalnya, beragama sebagai kebanaran, jika agama memberikan kebahagiaan; menjadi dosen adalah kebenaran jika mendapatkan kenikmatan intelektual, mendatangkan gaji atau apapun yang bernilai kuantitatif dan kualitatif. Kata pragmatis sendiri sering sekali diucapkan orang dan yang menyebutkan kata tersebut biasanya dalam pengertian praktis. Dalam konsep filsafat sendiri banyak tokoh yang memberikan pendapat mereka masing-masing secara berbeda tentang pragmatisme sehingga memunculkan kerancuan bagi pendukungnya masing-masing.
Copyright (c) 2016 Dar el-Ilmi

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Hak cipta seluruh isi artikel dalam jurnal ini ini ada pada Dewan redaksi Dar el-Ilmi. Siapapun pembaca diperbolehkan mengutip sebagaian isi atau secara keseluruhan untuk kepentingan ilmiah atau kepentingan lain yang dapat dipertanggungjawabkan, dengan tetap mencantumkan pengutipannya.