Kontribusi KH. Imam zarkasyi Dalam Pemikiran Pendidikan Islam (Pesantren)
Abstract
Pondok pesantren dalam wacana ke-Islaman adalah institusi yang tumbuh sebagai perwujudan dari strategi ummat Islam[1] untuk mempertahankan eksistensinya terhadap pengaruh penjajahan barat dan atau akibat surau atau langgar atau masjid tempat di selenggarakannya pendidikan agama yang tidak lagi dapat menampung jumlah anak-anak yang ingin mengaji. Disamping itu juga didorong oleh keinginan untuk lebih mengintensifkan pendidikan agama pada anak-anak. Sesuai dengan namanya, maka pondok berarti tempat menginap (asrama), dan pesantren berarti tempat para santri mengaji agama Islam. Jadi pondok pesantren adalah tempat murid-murid (santri) mengaji agama Islam dan sekaligus di asramakan ditempat itu. Hasil analisis yang dapat diungkapkan dalam pemikiran pendidikan Islam oleh KH. Imam Zarkasyi, ini : Pertama, beliau telah meletakkan pesantren atau pendidikan Islam dalam garis modernisasi. Kedua, pesantren yang telah lama dikenal sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam murni Indonesia telah memiliki peran yang cukup signifikan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Ketiga, KH. Imam Zarkasyi telah mengikuti arus besar masyarakat yang memandang bahwa pesantren/pendidikan Islam harus menempatkan akhlak yang baik yang merupakan tujuan seseorang menuju puncak dan penjelajahan spiritual. Keempat, harapan masyarakat yang cukup tinggi atas perjalanan pesantren sebagai agen perubahan masyarakat (agent of social change) untuk mewujudkan masyarakat yang bermoral dan beretika. Kelima, konsep panca jiwa pondok maupun bidang pengembangan yang bersifat aplikatif. bahwa pesantren tumbuh dengan murid-muridnya yang tinggal di pondok pesantren itu bermacam-macam sebagai satu keluarga dibawah pimpinan gurunya. Mereka belajar hidup sendiri, mencuci sendiri dan mengurus hal ikhwalnya sendiri. Bahan-bahan keperluan hidup seperti beras dan sebagainya mereka bawa dari kampung sendiri. Murid-murid besar dan kecil duduk melingkar (halakah) mengelilingi pak kyai. Mereka menerima pelajaran yang sama. Tiada dirancang sebuah kurikulum tertentu berdasarkan umur, lama belajar, atau tingkat pengetahuan. Terserahlah kepada murid untuk memilih bidang pengetahuan apa yang akan mereka pelajari dan pada tingkat pelajaran mana mereka ingin memulai.References
Abdullah, Amin M, 2004. Alumni Pondok Modern Gontor sebagai Perekat Umat : Peranan dan Tantangan. (dalam Falsafah Kalam Di Era Posmodernisme). Pustaka Pelajar, yogyakarta.
Ali, Mukti, 1991. Ta’lim al-Muta’allim Cermin Imam Zarkasyi. Gontor, Trimurti.
Ansary, Abdou Filali, 2009. Reformer L’Islam : Une Introduction Aux Debats Contemporains. Diterjemahkan Machasin, Pembaruan Islam, Dari Mana dan Hendak Kemana ?. Mizan Media Utama.
Arifin, H.M., 1991. Filsafat Pendidikan Islam. Bumi Aksara, Jakarta.
Azis dan Choirotun Chisaan, 2010. Pembelajaran Sejarah di Pesantren. Basis, 07-08 tahun ke-59.
Bruinessen, Martin Van, 1990. Kitab Kuning : Books in Arabic Script Used in the Pesantren Milieu. Bijdragen tot de Taal, Land-en Volkenkunde, Leiden. h.226-269.
http://id.wikipedia.org/wiki/ Pondok Modern Darussalam Gontor. Sekolah di Indonesia/Pesantren di Indonesia.
Madjid, Nurkholis, 1997. Bilik-bilik Pesantren : Sebuah Potret Perjalanan. Paramadina, Jakarta.
Nata, Abuddin, 2003. Konsep Pendidikan KH. Imam Zarkasyi. (dalam Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam). Raja Grafindo, Jakarta.
Steenbrink, K.A., 1974. Pesantren, Madrasah, Sekolah : Recente ontwikkelingen in Indonesisch Islamonderricht. Diss-Nijmegen.
Wahid, Abdurrahman, dkk, 1974. Pesantren dan Pembaharuan. LP3ES, Jakarta.
Zubaedi, 2007. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pesantren. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Zarkasyi, KH. Imam, 1985. Les Pondok Pesantren en Indonesie. Archipel.
Zuhairini dkk, 1997. Sejarah Pendidikan Islam. Bumi Aksara, Jakarta.