Review Ragam Pembelajaran

Mereview Kembali Ragam Pembelajaran

  • Moh Zarkani

Abstract

Pendidikan yang berlangsung selama ini lebih banyak mengejar target formalitas dan kurikulum yang telah ditetapkan, tetapi kurang banyak menekankan pada pencapaian tujuan yang berdimensi pembentukan watak dan kepribadian (character building). Proses pembelajaran yang berkembang masih lebih banyak berorientasi pada penguasaan pengetahuan (kognitif domain) dengan menggunakan model pembelajaran yang monolog, teks book, verbalistik (meski sudah mulai banyak dikenalkan berbagai strategi pembelajaran aktif, tetapi ironis juga karena di kalangan peserta didik tidak memiliki landasan kultural yang kokoh, fasilitas yang minim, dan tenaga pendidik yang ada merupakan stok dan produk lama dengan kultur yang lama pula).Nilai itu selalu dihadapi oleh manusia dalam hidup kesehariannya. Setiap kali mereka hendak melakukan sutau pekerjaan, maka harus menentukan pilihan di antara sekian banyak kemungkinan dan harus memilih. Di sinilah nilai akan menjalankan fungsinya. Nilai menjadi ukuran untuk menghukum atau memilih tindakan atau tujuan tertentu. Nilai tidak terletak pada barang atau peristiwa, tetapi manusia memasukkan nilai ke dalamnya sehingga barang atau peristiwa itu mengandung nilai. Oleh karena itu, subjeklah yang tahu dan menghargai nilai itu. Tanpa adanya hubungan subjek atau objek itu maka nilai tidak akan ada. Suatu benda akan ada, sekalipun manusia tidak ada. Akan tetapi, benda itu tidak bernilai, manakala manusia tidak ada. Nilai menjadi tidak bernilai jika manusia tidak ada.Ada beberapa faktor yang dapat menjadi hambatan dalam pelaksanaan internalisasi nilai-nilai kepada peserta didik, antara lain: 1) Kultur masyarakat Indonesia dengan tingkat pendidikan yang relatif masih rendah, ditambah dengan multietnis dan budaya yang merupakan kondisi rentan terhadap berbagai pengaruh budaya luar yang masuk lewat kontak langsung maupun tayangan televisi. 2) Sistem pemerintahan (politik) yang dianut oleh negara berkembang pada umumnya adalah pemerintahan otoriter yang menempatkan pemerintah sangat leluasa dalam menentukan berbagai kebijakan. 3) Lembaga pendidikan itu sendiri tidak memiliki cukup konsep dan instrumen tentang pembelajaran nilai yang benar-benar dapat diandalkan untuk membina peserta didik. 4) Kondisi peserta didik (in-put) yang secara kuantitatif relatif banyak tetapi berkualitas rendah. Pendidikan nilai merupakan upaya pembentukan sikap dan tingkah laku seseorang, hal ini seperti dikemukakan oleh Smith dan Spranger, bahwa nilai-nilai mewarnai sikap dan tindakan individu karena ia harus senantiasa untuk dimiliki. Pendidikan nilai hendaknya bukan hanya sekadar tambahan (pelengkap), melainkan merupakan sesuatu yang hakiki dalam seluruh proses pendidikan. Pendidikan nilai menjadi kian penting ketika arus materialisme dan konsumerisme secara global terus mengikis nilai-nilai luhur dari kehidupan manusia, tidak hanya yang tinggal di kota-kota besar, bahkan sudah menyentuh desa-desa yang terpelosok sekalipun.
Published
2018-02-22
How to Cite
Zarkani, M. (2018). Review Ragam Pembelajaran: Mereview Kembali Ragam Pembelajaran. Al-Amin Journal: Educational and Social Studies, 1(1), 58-71. Retrieved from https://ejournal.kopertais4.or.id/sasambo/index.php/alamin/article/view/3070

Most read articles by the same author(s)

Obs.: This plugin requires at least one statistics/report plugin to be enabled. If your statistics plugins provide more than one metric then please also select a main metric on the admin's site settings page and/or on the journal manager's settings pages.