Etika Para Penghafal Al-Qura’an Di Era Society 5.0 Menurut Kitab At-Tibyan Fi Adabi Hamalatil Qur’an

Abstrak

Perkembangan teknologi dan arus informasi mempengaruhi perubahan cepat dalam kehidupan manusia. Lalu muncullah Society 5.0 sebagai respons terhadap revolusi industri 4.0. Para penghafal Al-Qur'an mau tidak mau harus menyesuaikan dirinya dengan zaman, terutama dalam hal etika. Artikel ini menganalisis etika para penghafal Al-Qur'an dalam kitab At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Quran dan bagaimana integrasinya dengan era Society 5.0. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan (library research) yang menggunakan pendekatan kualitatif untuk menghasilkan data deskriptif. Data yang dikumpulkan bersifat kualitatif dan berasal dari sumber primer seperti kitab "At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an" karya Imam Nawawi, serta sumber sekunder seperti buku, jurnal, dan dokumen yang relevan dengan etika para penghafal Al-qurandi era Society 5.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam kitab At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Quran para penghafal Al-Qur'an yang menjadi guru harus memiliki etika yang baik, seperti ikhlas dalam mengajar dan menjauhi hal-hal duniawi. Sebagai murid, mereka harus tawadhu' terhadap guru dan bersungguh-sungguh dalam belajar. Saat membaca Al-Qur'an, mereka harus khusyuk, memperhatikan tajwid, dan memohon anugerah atau perlindungan Allah sesuai dengan isi ayat yang dibaca. Sedangkan dalam era Society 5.0, integrasi antara etika penghafal Al-Qur'an dengan prinsip-prinsip teknologi tinggi memungkinkan pengembangan masyarakat yang cerdas dan beretika. Para penghafal Al-Qur'an dapat memanfaatkan teknologi untuk mendukung praktik-praktik spiritual dan moral, seperti menjaga keikhlasan dalam beribadah, menjaga kebersihan dan kesucian diri, serta memahami Al-Qur'an dengan lebih dalam.