HUKUM SUMPAH BAGI ORANG YANG MELIHAT HILAL KURANG DARI DUA DERAJAT

  • Nihayaturrohmah Nihayaturohmah Nihayaturrohmah Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'arif Ngawi

Abstract

Abstrak

Kontroversi penetapan hilal awal bulan menjadi problematika yang tak berkesudahan bagi ummat Islam baik masa ulama klasik hingga ulama kontemporer saat ini. Problem tersebut biasanya menjadi klimaks yang berujung pada pertikaian antar kelompok agama ketika datang bulan puasa dan terutama penetapan hari raya Idul Fitri. Metodologi penetapan awal bulan yang berbeda antar berbagai kelompok agama Islam, antara hisab dan ru’yat menjadi pokok permasalahan tersebut. Dalam metodologi ru’yat sendiri juga tidak terlepas dari perbedaan pendapat mengenai beberapa hal seperti derajat imkan ru’yat dan terutama kesaksian dan sumpah orang yang melihat adanya bulan baru. Kertas kerja ini akan membahas mengenai hukum sumpah bagi saksi yang melihat hilal kurang dari dua derajat.

 

Kata Kunci: Sumpah, Hilal, Imkan ru’yat.

References

Daftar Pustaka
_______ Sulamunnayrain. Syafa’at (terj.). Karanganyar: tt, 2004.

Al-Asqolaniy, Al-Imam Al-hafidz Ibnu Hajar. 2004. Fathul Baariy: Shahih Bukhori. Amiruddin (terj.). Jakarta: Pustaka Azzam.

Al-jaziry, Abdul Rahman. t.t . Al-fiqhu ‘Alaa fi Madzaahibil Arba’ah juz 1. Mesir: Al-Maktabah Al-Bukhoriyah Al-Kubro.

Alkahlani, Sayid Imam Muhamad bin Ismail. t.t. Subulussalam Juz II. Semarang: Toha putra.

Al-Kohaji, Abdullah bin Syaikh Al-Alamah Syaikh Hasan. 1998. Zaad Al-Muhtaj. Beirut: Maktabah Ashriyah.

Al-Syuyuthi, Al-Khafidz Jalaludin. t.t. Sunan Nasa’i Juz IV. Beirut: Daar Al-kitab Al-Alamiyah.

Arwin Juli Rahmadi, Ru’yah Hilal: Spekulasi Sampai Probabilitas Subyektif, dalam Internet website: http://alatas.multiply.com/journal/item/2, Diakses 23 Desember 2009.
Assaukani. t.t. Nailul Author Juz IV. Beirut: Daar Al-fikr.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. 1997. Ensiklopedi Islam vol.4. Jakarta: Ichtiar Van Hoeve.

Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam. 1993. Mimbar Hukum. Jakarta: PT. Intermasa.

Djamaluddin, Thomas. 2005. Menggagas Fiqh Astronomi. Bandung: Kaki Langit.

Hasil Keputusan Musyawarah Kerja Hisab Rukyah Tahun 1997/1998 di Ciawi Bogor.

Ibn Anas, Ibn Malik. 1999. Al-muwatta’. Dwi Surya Atmaja (terj.). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Izzudin, Ahmad. 2007. Fiqh Hisab Ru’yah Menyatukan NU& MUHAMADIYAH dalam Penentuan Awal Ramadlan, Idul fitri dan Idul Adha. Jakarta: Erlangga.

Khazin, muhyidin. 2009. 99 Tanya Jawab Masalah Hisab Ru’yat. Yogyakarta: Ramadan Press.

Masyhur, Kahar. 1992. Terjemah Bulughul Maram Jilid II. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Musthafa, Abdul hamid & Faraghi, Abdul hafidz. t.t. Silsilah Al-fiqhAl-Islam Alaa Madzaahibil Arba’ah jilid 3.

Purnomo, Agus. 1995. Skripsi: Kontraversi antara hisab dan rukyah dalam penetapan awal ramadlan dan syawal menurut hukum Islam. Ponorogo: STAIN.

Qardlawi,Yusuf. 2006. Fiqh Puasa. Surakarta: Era Intermedia.

Rusyd, Ibn. 1990. Bidayatul Mujtahid. M. Abdurrahman (terj.). Semarang: CV. Assyifa’.

Sabiq, Sayid. 1990. Fiqhussunnah. Bandung: PT. Al Maarif.

Sari, Indah Purnama. “Kesalahan hakim dalam mengitsbat kesaksian ru’yah berakibat fatal” dalam internet “http:// www.badilag.net/www.badilag.net. Diakses 2 Oktober 2009.

Saurah, Abi Isa muhammad bin Isa. t.t. Sunan Tirmidzi ilid 2. Beirut: Dar al-Fikr.

Suyatma, Deri. 2009. ” Cara penentuan awal dan akhir Ramadlan” diambil dari internet website: http:// id.wordpress.com.
Published
2013-09-06
How to Cite
Nihayaturrohmah, N. N. (2013). HUKUM SUMPAH BAGI ORANG YANG MELIHAT HILAL KURANG DARI DUA DERAJAT. El-Wasathiya: Jurnal Studi Agama, 1(1). https://doi.org/10.35888/el-wasathiya.v1i1.2766
Section
Articles