MAKNA SEMIOTIKA “MELE BANNE POLANA PESSE” DALAM PILKADA SUMENEP 2024
Keywords:
semiotika, Pilkada Sumenep 2024, politik uangAbstract
Slogan kampanye "Mele Banne Polana Pesse" (Milih Bukan Karena Uang) menjadi elemen sentral dalam kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sumenep 2024, merefleksikan dinamika politik lokal dan aspirasi masyarakat terhadap praktik demokrasi yang bersih. Penelitian ini bertujuan menganalisis makna semiotika slogan tersebut, tidak hanya pada tingkat denotatif, tetapi juga konotatif, serta bagaimana ia berfungsi sebagai penanda budaya dan moral dalam konteks politik uang di Indonesia. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotika Roland Barthes, penelitian ini mengkaji teks slogan, representasi visual, dan respons publik untuk mengungkap sistem tanda dan mitos yang terkandung di dalamnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa "Mele Banne Polana Pesse" melampaui sekadar seruan anti-politik uang; ia membentuk konstruksi identitas pemilih yang berintegritas, merevitalisasi nilai-nilai kejujuran, dan menantang hegemoni transaksional dalam demokrasi elektoral. Slogan ini berfungsi sebagai agen kontra-hegemoni yang berusaha menggeser narasi materialistik menjadi narasi etis, meskipun tantangan implementasinya masih besar di tengah praktik politik uang yang mengakar. Temuan ini berkontribusi pada pemahaman komunikasi politik lokal dan peran semiotika dalam membentuk kesadaran kritis masyarakat terhadap isu-isu krusial dalam pemilihan umum. Abstract The campaign slogan "Mele Banne Polana Pesse" (Choose Not Because of Money) emerged as a central element in the 2024 Sumenep Regional Head Election (Pilkada) contestation, reflecting local political dynamics and the community's aspirations for clean democratic practices. This research aims to analyze the semiotic meaning of this slogan, examining not only its denotative but also its connotative levels, and how it functions as a cultural and moral signifier within the context of money politics in Indonesia. Employing a qualitative approach with Roland Barthes' semiotic analysis method, this study investigates the slogan's text, visual representations, and public responses to uncover the system of signs and myths embedded within it. The findings indicate that "Mele Banne Polana Pesse" transcends a mere anti-money politics appeal; it constructs an identity of integrated voters, revitalizes values of honesty, and challenges transactional hegemony in electoral democracy. This slogan acts as a counter-hegemonic agent, attempting to shift the materialistic narrative towards an ethical one, despite significant implementation challenges amidst entrenched money politics practices. These findings contribute to understanding local political communication and the role of semiotics in shaping critical public awareness regarding crucial issues in general elections.Downloads
Published
Issue
Section
License
Al-Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan (ISSN : 2549-9157xx) dan (EISSN: 2579-3543xx) diterbitkan oleh Lembaga Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) STID Raudlatul Iman (STIDAR) Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Raudlatul Iman Sumenep Madura. Jurnal ini memuat kajian-kajian keislaman yang meliputi Kajian Dakwah, Interaksi sosial. Terbit dua kali setahun, yaitu bulan Maret dan september



