Equity Pedagogy di Pesantren Dirasatul Mualimin Islamiyah Al-Hamidy Banyuanyar
DOI:
https://doi.org/10.32806/jf.v14i02.5424Kata Kunci:
Equity Pedagogy, Pesantren BanyuanyarAbstrak
Salah satu dimensi pendidikan multicultural adalah dimensi Equity Pedagogy atau keadilan dan kesamaan dalam menerima pembelajaran. Kultur pendidikan Pesantren yang sentralistik kepada Kyai memberikan tantangan bagaimana pesantren memberikan layanan pendidikan yang equity kepada santri melalui system pembelajaran di dalamnya. Penelitin ini bertujuan untuk mengidentifikasi nilai equity pedagogy pada jenis pesantren tradisional (salaf) dengan pendekatan fenomenogy, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pesantren Banyuanyar memiliki kultur nilai Equity Pedagogy seperti equity dalam kebijakan Kyai, equity dalam budaya Nyabis equity dalam budaya Disiplin, equity dalam budaya hidup bertasamuh (saling toleransi). equity dalam budaya hidup berta’awun (saling tolong menolong). equity dalam budaya hidup bertawashi (saling mengingatkan). Budaya hidup setara yang berkeadilan dalam konteks genderReferensi
Edi Susanto, Revitalisasi nilai luhur Tradisi Lokal Madura (KARSA,Vol. XII No. 2 Oktober 2007), 97
H.A.R. Tilaar, Multikulturalisme; Tantangan-tantangan global masa depan dalam transformasi pendidikan Nasional (Jakarta:Grasindo, 2004),75-76.
Intan Wijayanti, Gaya kepemimpinan dalam pengambilan kebijakan di perguruan Islam pondok Tremas Pacitan (Muslim heritage :1 (02) 389-416, 2016), 5.
Jeseph Levitan, The difference between educational equality, equity and justice (Aje Forum, Forum of American Journal of education), 32
John W. Creswell. Penelitian kualitatif dan desain riset (Jogyajarta: Pustaka Pelajar, 2014),
Mastuhu, menata ulang pemikiran system pendidikan nasional dalam abad 21 (Jogjakarta; 2003, Safinia insania Press dan MSI UII), 85.
Mohammad Tidjani, Membangun Madura (Jakarta : Taj Publishing, 2008), 14.
Migrant & Seasonal Head Start, Introduction to Data Analysis Handbook (Washington DC: Academy for Educational Development, 2006).
M.B. Miles and A.M. Huberman, Qualitative Data Analysis (Newbury Park, CA: Sage, 1984), 10-12.
Mufiqur Rahman, etal, Eksplorasi nilai-nilai kesetaraan dalam pendidikan pesantren mua’dalah (jurnal pendidikan agama islam (journal of Islamic education studies, Vol. 8 No 1), 39-58
Mufiqur Rahman, Tradisi Nyabis sebagai symbol ethict of care Kyai (Proceedings of annual conference for muslim scholar, Vol 3 No 1 (2019) AnCOMs 2019), 253.
Saihu, Rintisan Peradaban Profetik umat manusia melalui peristiwa turunnya Adam AS ke bumi (Mumtaz, jurnal studi alquran dan keislaman 3 (2)), 269.
Siswanto, Standar kompetensi lulusan Pesantren Mu’adalah di Dirastul Mu’allim al-Islamiyah al-Hamidy (Nuansa, Vol. 11 No. 1 Januari – Juni 2014), 177.
Rasyidin, Rasyidin. “Pondok Pesantren: Simbol Korelasi dan Koneksi Pendidikan dan Peradaban dalam Narasi Sejarah Islam di Indonesia.†Bahsun Ilmy: Jurnal Pendiidkan Islam 1.1 (2020): 1-12.
Harahap, Radinal Mukhtar. “Pendidikan dan Peradaban dalam Narasi Sejarah Islam Klasik: Korelasi dan Koneksi.†Idrak: Journal of Islamic Education 2.1 (2019): 197-206.
Toto Suharto, Konsep dasar pendidikan berbasis masyarakat (Jurnal cakrawala pendidikan, November 2005, ThXXIV, No, 3.)
W.IS. Poerwodarminto, kamus besar bahasa Indonesia (Jakarta; Balai Pustaka, 1999), 324.
Zainuddin Syarif, Dinamisasi Manajemen Pesantren dari Tradisional hingga Modern ( Yogyakarta: Penerbit Suka Press, 2007), 24-25.
Zainuddin Syarif, konsep pendidikan téngkâ (moral) menurut k.h. Abd hamid bin istbat (1868-1933) banyuanyar pamekasan Studi Analisis Atas Kitab Tarjûmân (Nuansa, Vol. 15 No. 1 Januari – Juni 2018),152.
##submission.downloads##
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2021 FIKROTUNA
![Creative Commons License](http://i.creativecommons.org/l/by-nc/4.0/88x31.png)
Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.